Friday, April 10, 2015

Judge Not Lest Ye Be Judged

Sebagaimana layaknya perempuan produktif di akhir usia 20an masa kini, saya menghabiskan Sabtu pagi dengan menjelajahi linimasa. Dan ketika sedang mengamati twitter, saya menemukan salah satu teman kuliah saya menuliskan twit berikut ini: "Some people don't want to be judged. Yet they, in fact, judge other people :)..."

Hypocritically Open Minded
Menarik. Berkat Yesus (atau lebih tepatnya, interpretasi Lukas atas perkataan Yesus) banyak orang jadi terobsesi untuk menunjukkan pada dunia bahwa dirinya berpikiran terbuka dan "nggak nge-judge" orang lain. Pemikiran ini; menurut saya; naif dan sedikit hipokritikal.

Yes. I read the bible to, once upon a time.
Photo by Melissa Johnson

Konon katanya manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang memiliki akal, pikiran, dan kehendak bebas. Ketiga hal ini memberikan kita kemampuan untuk menimbang dan membuat pilihan. Dan seberapapun kita ingin menyangkal hal ini, dalam proses menimbang dan membuat pilihan tersebut, kita pasti membuat penilaian atas hal di luar diri kita, termasuk juga atas perilaku dan reaksi manusia lain.

Coba saya ilustrasikan. Misalnya saja kita tahu kalau seseorang punya riwayat mengelapkan uang, pasti kita tidak akan menawarkan beliau posisi sebagai bendahara di organisasi kita kan? Contoh lainnya, ketika kita tahu seseorang punya kecenderungan melakukan kekerasan, apakah kita akan mau menjadi pasangan hidupnya? Kalau saya sih no, nggak tau kalau Mas Dhani. #eh

Judging is Inevitable
Fact is, we judge. Setiap saat dalam hidup kita, kita menilai segala sesuatu di sekeliling kita. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Setiap penilaian yg kita buat atas situasi, lokasi, dan orang lain menentukan kemana kita akan membawa hidup kita. Karena ketika tidak melakukan penilaian, kita akan menjadi orang yang plin-plan. Dan itu bukan kualitas yang menurut saya baik untuk dimiliki oleh siapapun.

Hmmm.. A gun does kill faster..
Picture taken from this page.
Bagian-bagian lain dari alkitab bahkan mengatakan kita untuk menilai orang lain. Dalam injil Yohanes dikatakan "Janganlah menghakimi menurut apa yang tampak tetapi hakimilah dengan adil." (Nah, kalau ini saya nggugel). Jadi sesungguhnya bukan tindak penghakimannya yang tidak boleh dilakukan, tapi tindak penghakiman yang cetek, bodoh, dan tidak adil.

Saya pribadi berpikir bahwa menilai orang lain adalah hal yang secara natural akan kita lakukan. Meski demikian, kita harus selalu ingat bahwa yang kita hakimi itu juga manusia. Dengan hak untuk menentukan kehidupannya sendiri. Dan oleh karena itu, meskipun kita berpikir bahwa dia melakukan tindakan yang salah, kita harus tetap menyadari kenyataan bahwa bukan hak kita untuk memulihkan jalan hidup untuk orang lain. Intinya? Respek! Selalu ingat bahwa ada batas yang tidak boleh dilanggar, komentar yang tidak boleh dikatakan, dan pilihan yang tidak boleh dipaksakan.

And Finally, Screw You!
Picture by aunty acid.
Ya, saya menilai orang lain. Dan saya tahu bahwa orang lain juga menilai, dan bahkan meremehkan saya. But you know what? I don't care. Saya tahu kalau ini hidup saya, dan saya punya hak prerogatif untuk menentukan hidup ini mau saya bawa kemana.

No comments:

Post a Comment