Thursday, March 6, 2014

Inspiring Change

Tanpa terasa satu tahun sudah (hampir) berlalu sejak tulisan terdahulu soal Hari Perempuan Internasional (International Women's Day/IWD). Dalam dua hari, dunia akan kembali memperingati hari yang didedikasikan bagi perempuan; termasuk bagi perjuangan, kepentingan, dan tantangan yang mereka miliki dan hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Tema IWD tahun 2014, Inspiring Change, menurut saya cukup menarik.

Untuk saya, perubahan adalah hal yang dapat dengan mudah dirasakan. Sayangnya tidak semua perubahan mudah dilihat. Kita bisa merasakan bagaimana cuaca berubah dingin di malam hari, kita bisa merasakan arah angin berubah, kita bisa merasakan kue berubah semakin harum ketika dipanggang. Tapi berhubung perubahan-perubahan tersebut tidak bisa dilihat, kadang kita mengabaikan perubahan tersebut begitu saja tanpa sempat mengapresiasi perubahan tersebut sebagaimana mestinya.



Perubahan Bagi Perempuan
Sebagai orang yang bekerja di bidang pembangunan sosial, saya merasakan bagaimana sulitnya menciptakan perubahan yang kita cita-citakan. Perubahan dalam konteks perbaikan keadaan perempuan apalagi. Sama sekali bukan hal yang mudah. Ada segudang faktor yang bisa memungkinkan dan menggagalkan perubahan-perubahan positif bagi perempuan. Hampir semuanya bersifat abstrak, sebagian besar ada dalam pikiran manusia. Dan pikiran manusia adalah lingkup yang sangat sulit dipengaruhi, apalagi diubah.

Mewujudkan perubahan ini butuh banyak waktu, tenaga, dan sumberdaya. Ditambah lagi reward-nya rendah. Sudah kerja jungkir balik setengah mati, tetap saja tidak ada yang berubah. Para feminis sudah berkoar-koar sejak akhir abad ke-19 untuk memperbaiki keadaan perempuan. Bahkan mungkin sejak sebelum itu. Kenyataannya, sampai saat ini opresi terhadap perempuan masih ada. Kalau dipikir dengan cara demikian, rasanya bawaannya depresi. Makanya, kita perlu ingat, perubahan ke arah yang lebih baik juga sudah banyak loh.

Banyak orang pastinya berpikir, perempuan ini maunya apa sih? Kok ya nggak bosan teriak-teriak terus? Kalau dipaksa dirangkum dalam satu kata sih, menurut saya yang diinginkan perempuan adalah respect. First and foremost, perempuan adalah manusia. Karena hal tersebut, maka perlakukanlah perempuan dengan rasa hormat yang layak didapatkan manusia. Implikasi dari pernyataan itu bisa melebar ke berbagai arah sesuai konteks, tapi saya rasa sih kata-kata tersebut cukup merangkum keinginan saya yang perempuan ini. Diperlakukan dengan rasa hormat, tidak hanya berarti diperlakukan sama loh. Kenyataannya, perempuan dan laki-laki berbeda. Masing-masing punya kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam berbagai aspek. Tapi perbedaan tersebut tidak bisa dijadikan basis untuk membeda-bedakan, apalagi sampai merendahkan pihak lainnya.

Inspiring Change
Kembali ke tema IWD tahun ini, Inspiring Change. Baiklah, kita ingin perubahan bagi perempuan. Tapi tentunya kita tidak ingin perubahan yang sifatnya superficial--hanya di permukaan saja. Kita menginginkan perubahan yang lestari dan berkelanjutan. Dengan demikian generasi setelah kita juga tetap bisa merasakan perubahan yang kita usahakan. Bagaimana kita bisa mencapai hal itu, anak-anaaak?? Tentunya dengan membuat orang-orang lain merasa bahwa mereka juga menginginkan perubahan itu.

Menurut interpretasi saya, tema IWD tahun ini sangat dalam. Inspiring change berarti kita tidak hanya berhenti sampai membuat perubahan, tapi kita ingin juga mempengaruhi orang lain agar terinspirasi untuk membawa perubahan dalam lingkup pengaruhnya masing-masing; entah itu mencakup dirinya sendiri, keluarganya, masyarakat, atau bahkan yang lebih luas lagi. Tapi untuk memacu orang untuk ingin berubah, kita harus terlebih dahulu meyakinkan mereka bahwa perubahan yang nantinya terjadi akan membawa keuntungan bagi mereka, dan bahwa keuntungan yang akan mereka dapatkan sebanding dengan usaha yang mereka keluarkan. Agar bisa sukses, keinginan untuk berubah ini tidak boleh hanya dimiliki oleh perempuan, tapi juga oleh anggota masyarakat lainnya.

Be The Change We Want To Be!
Women fighter! Yay!!
Berdasarkan pengalaman saya, dalam sistem yang tidak mendukung perempuan, perempuan tidak bisa mengandalkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Setelah perempuan terinspirasi untuk berubah, kita harus memastikan mereka mempunyai cukup daya untuk mengusahakan perubahan secara terus-menerus. Mengingat bahwa mewujudkan perubahan adalah sesuatu yang melelahkan secara lahir bathin. Maka mereka harus dilengkapi dengan senjata yang bisa membantu mereka berjuang. Bukan senjata yang bisa digunakan untuk melukai secara fisik, tapi berupa kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan untuk memperoleh rasa hormat yang layak mereka terima.


Meski demikian, musuh utama kita--para agen perubahan--bukanlah patriarki, tapi diri kita sendiri. One question remains, sebelum kita berusaha meyakinkan orang lain, apakah kita sendiri sudah yakin kita menginginkan perubahan tersebut, dengan segala konsekwensinya? Karena sebelum kita yakin, kita tidak akan mungkin bisa meyakinkan orang lain.